Dunia ini hijau, molek dan manis dengan berbagai ragam corak yang menggiurkan, sehingga terkadang membuat terlena bagi yang memandangnya.
Walaupun dunia ini hijau yang berarti damai dan penuh kedamaian, namun tidak sehijau dan sedamainya iman dan taqwa, begitu sabda Rasulullah yang dapat kita baca melalui Al Hadits Shohih Muttafaq.
Orang-orang yang cinta dunia, terkadang terbuai dengan segala keindahannya, sehingga lupa dengan sebuah tempat lain yang jauh lebih indah dan kekal di dalamnya.
Mereka terkadang lupa bahwa di dunia ini hanya sementara.
Apabila diibaratkan bepergian, maka dunia ini hanya merupakan persinggahan sebentar yang kemudian akan meneruskan perjalanan lagi.
Dunia yang indah, elok dan mempesona ini dengan segala isinya tidak akan kekal sebagaimana lazimnya orang menyebut 'alam fana".
Alam ini pasti datang akan rusaknya.
Sama halnya kecantikan seorang wanita paling bertahan hanya 25 tahun, ketampanan seorang lelaki paling bertahan 30 tahun.
Kepangkatan seseorang akan sampai kepada dua alternatif, kalau tidak orangnya meninggalkan pangkatnya lebih dahulu, atau pangkatnya yang meninggalkannya lebih dahulu.
Umur masih panjang, masa jabatan habis, maka pangkatlah yang meninggalkannya lebih dahulu.
Masa jabatan masih panjang umur sudah habis, maka jabatan ditinggalkan.
Di alam kubur tak ada gunanya pangkat yang disandangnya semasa hidupnya.
Begitu juga dengan harta benda.
Orangnya masih segar bugar, sehat wal afiat, harta bendanya bangkrut, maka harta yang meninggalkannya.
Harta bendanya masih utuh, umurnya habis, maka dia yang meninggalkan hartanya.
Bila telah demikian, harta, anak-anak yang banyak, istri yang cantik, suami yang ganteng, semua akan ditinggalkan bila ajal sudah sampai.
Dalam mengharungi kehidupan di dunia seperti saat ini, kita jadi teringat dengan pernyataan Rosulullah SAW mengenai umat Islam yang berbunyi : "Akan Datang Suatu Zaman Umat Lain Memperebutkan Kami, Seperti Memperbutkan Makanan Dalam Hidangan."
Pengertiannya adalah kualitas umat Islam ibarat buih yang terapung di atas air yang dapat terombang ambing kemana saja sedangkan jiwanya begitu lemah, karena banyak yang cinta dunia.
Mereka sibuk mengumpul harta dengan berbagai cara, sehingga tidak lagi memperhatikan tata krama dan kaidah agama.
Suatu saat nanti Umat Islam akan mengalami disintegrasi, penurunan kualitas ibadah, sedangkan ibadah-ibadah yang dilaksanakan hanya sekedar melepaskan beban kewajiban dan kegiatan rutinitas tidak disadari sebagai sebuah kebutuhan, sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih dari orang yang tidak beriman.
Apakah pernyataan Rasulullah itu sudah mulai tampak dalam kehidupan umat Islam saat ini ?
Mudah-mudahan, ini hanya merupakan sebagai peringatan Allah agar kita tidak terlena.
Salah satu penyebab kekhilafan yang membuat kehinaan manusia, adalah karena kecintaannya terhadap dunia.
Orang yang sangat menyintai dunia, semua pikiran dan pandangannya selalu diukur oleh perhitungan dunia, bahkan terkadang ada diantara umat Islam melaksanakan urusan akhirat hanya sebagai pengelabuan kepada orang lain untuk mencapai cita-cita dunianya.
Memang dunia ini enak dipandang dan manis rasanya, oleh sebab itu manusia tertarik dengannya.
Betapa banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap saat dengan tidak mengenal waktu sehingga sering terbawa mimpi.
Pada hal apa yang diburunya itu belum tentu menjamin dirinya untuk dapat memperoleh ketenangan.
Buktinya, betapa banyak orang yang punya harta yang melimpah, punya segala macam fasilitas, punya mobil mewah, punya rumah megah, bahkan apa yang ia ingini bisa ia beli, tetapi justru hidupnya tidak tenang dan tidak bisa dinikmati.
Sebenarnya Islam tidak melarang kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Bahkan oleh agama kita diberikan peluang seluas-luasnya untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya yang kita ingini dari dunia ini, termasuk kalau kita ingin kaya.
Akan tetapi bagaimana cara mendapatkan kekayaan itu dan kemana memanfaatkannya, harus sesuai
dengan tuntunan Islam.
Kita juga dilarang meninggalkan atau tidak menghiraukan dunia, sebab dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Qasas ayat 77 : "Bila umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segalanya, enggan menyuarakan kebenaran dan melarang kemungkaran, maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari permukaan bumi ini, dan mencabut keberkahan wahyu ketika umat Islam sangat mencintai dunia, kemudian dengan sendirinya pasti muncul sifat kedua yaitu takut akan mati."
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa mereka ini takut mati.
Pada hal semua yang bernyawa pasti akan mati, kullu nafsin za ikotul maut, sekalipun berlindung di dinding yang sangat tebal.
Orang yang takut mati mungkin karena takut meninggalkan yang dicintainya, seperti harta kekayaannya, kedudukannya, dan bahkan anak istri dan keluarga-keluarganya, dan berkemungkinan besar pula belum ada persiapan dalam menghadapi kematian karena masih bergelimang dengan dosa-dosa.
Takut mati termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam perjuangannya.
Sebab dalam perjuangannya selalu diliputi rasa kekhawatiran akan terkena risiko.
Akibatnya mau berjuang asal tidak ada risiko yang menimpa dirinya sehingga selamat, dan untuk menyelamatkan diri, maka dalam memperjuangkan Islam terkadang memutarbalikkan fakta, yang hak dinyatakan bathil, yang bathil dinyatakan hak.
Dalam kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al Ghozali dinukilkan, bahwa dunia itu musuh Allah SWT dan para wali-Nya (Hamba).
Permusuhannya terhadap Allah disebabkan ia memutuskan jalan terhadap para wali-Nya.
Oleh karenanya Allah tidak melihat kepadanya sejak Allah menciptakan dunia.
Artinya dunia yag diciptakan Allah, untuk hamba-hamba-Nya menetap dan dapat menyembah-Nya.
Namun kenyataan bukan menyembah-Nya, tetapi meninggalkan-Nya dan sibuk dengan urusan dunia. Oleh sebab itu dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda : Dunia ini terkutuk, dan terkutuklah semua isinya, kecuali orang-orang yang patuh kepada Allah. Di lain hadits Rasulullah juga bersabda : "Cinta dunia itu adalah induk segala dosa."
Dalam QS. At Takatsur ternukil Firman Allah memperingatkan mereka yang sedang dilalaikan oleh dunia : (1) "Kamu dibimbangkan oleh rasa bangga dengan banyak kekayaan dan banyak anak.
Seperti orang berpamer kekayaannya, sesumbar dialah yang paling kaya, padahal; semua yang ada di alam ini adalah kepunyaan Allah dan manusia hanyalah sekedar menggunakan sagai pinjaman dari Dia.
Kemudian mengaku sesumbar merasa membunyai banyak pengikut dan sebagainya.
(2). Hingga kamu mati dalam belenggu duniamu. Harta kamu dibimbangkan oleh itu. Kelak kamu akan mengetahui dan diperlihatkan akibat perbuatanmu.
(3). Kemudian janganlah kamu dibimbangkan oleh itu, kelak kamu akan mengetahuinya dan melihat akibat perbuatanmu.
(4). Benar-benar jikalau kamu mengetahui-pembalasan apa yang kamu peroleh- dengan ilmu yang yakin tentulah kamu menjauhkan diri dari segala kelalaian.
(5). Demi Allah, sungguh-sungguh kamu akan melihat neraka.
(6). Kamu akan merasakan azabnya karena kelalaianmu itu.
Kemudian demi Allah, kamu akan melihatnya dengan Ainul Yaqin.
(7) Melihat dengan yakin dan tidak mragukan lagi.
Kemudian demi Allah sungguh-sungguh kamu akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan.
(8). Kenikmatan harta dan kuasa yang telah kamu nikmati selama kamu di dunia yang telah melalaikan kamu."
Karena manusia dilalaikan oleh dunia, sehingga timbullah sifat-sifat sombong, angkuh, dzalim, serakah dan munafik.
Timbullah kelas-kelas dalam masyarakat seperti proletar, kapitalis, borjuis, bangsawan, jelata, sayed, habib dan lain sebagainya, disebabkan karena manusia sudah dilupakan oeh harta benda dan tingkatan darah, sebagaimana makna ayat At-Takasur di atas.
Bagi mereka-mereka yang dilalaikan oleh dunia, maka tidak ada tempat baginya di akhirat, kecuali di dalam neraka jahannam.
Oleh karena itu kesadaran setiap insan amat penting, hidup di dunia bukan saja untuk mengejar dunia, tetapi juga untuk mengejar akhirat dengan berbagai ibadah dan amal shaleh.
Ibnu Abbas r.a berkata : "Sesungguhnya Allah SWT menjadikan dunia menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk orang Mukmin, satu bagian untuk orang Munafik dan satu bagian lagi untuk orang-orang kafir. Orang Mukmin menggunakannya untuk dinikmati. Lantas seorang penya'ir berkata : Hai peminang dunia bagi dirinya janganlah meminangnya, tentu engkau selamat.Ada pula yang lain bertutur, bila orang bijak menguji dunia, terungkaplah baginya seorang musuh berbaju teman. Ada pula yang berucap, hai orang yang tidur di waktu malam dan gembira dengan awalnya, sesungguhnya bencana itu terkadang muncul pada dinihari."
Kesimpulan yang harus diambil yaitu selaraskan antara kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat, agar selamat dunia dan akhirat.