Selama ini, jika kita berbicara mengenai
seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah
hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin, yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Sementara, seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain :
- Dimensi biologis – yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan.
- Dimensi psikologis – seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual.
- Dimensi sosial – berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar-manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks.
- Dimensi kultural – menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
BEBERAPA FAKTA YANG MENGKHAWATIRKAN !
Dewasa ini, kehidupan seks bebas telah
merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak. Hal ini dapat kita simak
melalui penuturan yang disampaikan oleh Mestika (1996) yang merangkum
hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja di beberapa kota
besar. Hasil penelitian tersebut antara lain: Sarwono (1970) meneliti
117 remaja di Jakarta dan menemukan bahwa 4,1% pernah melakukan hubungan
seks. Beberapa tahun kemudian, Eko (1983) meneliti 461 remaja, dan dari
penelitian ini diperoleh data bahwa 8,2% di antaranya pernah melakukan
hubungan seks dan 10% di antaranya menganggap bahwa hubungan seks
pranikah adalah wajar.
Di Semarang, Satoto (1992) mengadakan
penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP-SMU dan menemukan data
bahwa 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan hubungan
seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil
tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa
mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya
berusia 15 – 20 tahun, dan 77% berusia 20 – 25 tahun.
Selain kehidupan seks bebas, kejahatan
seks terhadap anak-anak saat ini ternyata tidak saja dilakukan oleh
orang-orang yang tidak dikenal oleh korbannya. Dalam beberapa kasus yang
terjadi, kejahatan seks justru dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kehidupan anak.
Data yang ada mengenai kejahatan seks,
selama tahun 1995 terjadi 12 kasus kejahatan seks yang dilakukan oleh
orang tua kandung maupun tiri, 7 kasus dilakukan oleh saudaranya, 4
kasus oleh guru dan oleh teman atau kenalan sebanyak 49 kasus. Keadaan
seperti itu jelas sangat memperhatikan.
Kehidupan seks bebas dan kejahatan yang
terjadi belakangan ini adalah hal-hal yang perlu diketahui oleh remaja
agar mereka dapat mengantisipasi dan mengatasi masalah tersebut. Remaja
masa kini perlu disadarkan akan perlunya sikap menghargai dan
bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan lingkungannya demi
masa depan yang cerah.
Remaja juga perlu ditumbuhkan kesadaran
akan perlunya suatu sikap menghargai dan tanggung jawab terhadap dirinya
dan lingkungan melalui informasi tentang hakikat seksualitas pada diri
mereka dan pada diri manusia pada umumnya secara benar. Informasi yang
benar tersebut dapat diberikan melalui pendidikan seks. Pendidikan seks
ini dapat diberikan oleh orang tua ataupun oleh pihak sekolah.
PENDIDIKAN SEKS = VULGAR = TABU ???
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex education
sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa
atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting
untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Materi pendidikan seks bagi
para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan
merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan
informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
Meninjau berbagai fenomena yang terjadi
di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran
adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan
pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian
besar masyarakat masih memandang pendidikan seks seolah sebagai suatu
hal yang vulgar.
Berdasarkan sudut pandang psikologis,
pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan
harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap
seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang
bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Pendidikan seks yang dilakukan sejak dini
dapat menekan laju angka penderita penyakit kelamin, AIDS dan aborsi
yang dilakukan kalangan remaja. Bahkan juga bisa mencegah terjadinya
perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak perlu
ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan
ingin mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu
sendiri.
PENTING KAH PENDIDIKAN SEKS ??
Ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education,
sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks
adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja
merasa tidak bertanggungjawab dengan seks atau kesehatan anatomi
reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakpahaman remaja
tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan
sosial masyarakat, banyak yang menawarkan hanya sebatas komoditi,
seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi,
antara lain DVD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat
ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari
ketidakpahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal
negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah,
kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV/AIDS dan
sebagainya.
Dengan belajar tentang sex education,
diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ reproduksi pada tubuh
mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksinya
khususnya bagi remaja putri.
BAGAIMANA CARA PENYAMPAIAN PENDIDIKAN SEKS YANG TEPAT ?
Belajar tentang seks berbeda dengan kita
belajar tentang keterampilan yang lain. Misalnya kita belajar renang
agar mengetahui tentang teknik berenang yang baik, namun belajar tentang
seks bukanlah belajar bagaimana aktivitas seks yang baik, melainkan apa
yang akan timbul atau dampak dari aktivitas seks tersebut.
Pembekalan tentang seks ini penting dan
perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa dimulai
dengan berdiskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara
yang lebih akrab atau curhat, mungkin siswa pun tidak perlu malu-malu
lagi. Bisa juga dengan seringnya membuat sebuah seminar tentang seks
dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya
dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup
remaja dan kesehatan reproduksi.
Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran tentang sex education
yang disisipkan ke dalam pelajaran Biologi, Agama dan Bimbingan
Konseling. Namun hanya mendapat bekal dari sekolah tentu tidak cukup.
Komunikasi dari orang tua dan anak pun juga diperlukan. Dapat dikatakan
bahwa tidak banyak remaja yang berani cerita tentang first kiss-nya ke ibu mereka. Kalau kita tanya di mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex, and Dating, banyak yang menjawab bahwa mereka memperolehnya dari teman.
Sepertinya tidak hanya remaja saja yang
berhak mendapatkan pengetahuan tentang seks dan gaya hidup remaja saat
ini. Orangtua pun mesti mendapatkan pengetahuan tentang gaya hidup
remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja,
sehingga dapat terjalin komunikasi yang terbuka antara orangtua dan
anak. Karena bukan tidak mungkin, mereka yang tidak dekat atau jauh dari
kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang
negatif.
Berikut ini adalah beberapa POIN-POIN topik/materi penting yang secara umum perlu diketahui anak, yang perlu disampaikan dalam sex education : (diunduh dari Edukasi Seks Sejak Dini)
1. MENGENALKAN PERBEDAANLAWAN JENIS
Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan
laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis kelamin. Hal ini
yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian,
gaya rambut, cara buang air kecil. Terangkan bahwa anak laki-laki jika
sudah besar akan jadi ayah dan anak perempuan akan menjadi ibu. Tugas
utama ayah adalah mencari nafkah, walaupun harus tetap memperhatikan
keluarga. Adapun tugas utama ibu adalah mengatur rumah tangga dan
keluarga. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang ibu membantu ayah
dalam mencukupi kebutuhan. Dengan demikian, anak bisa memahami peran
jenis kelamin dengan baik dan benar.
2. MEMPERKENALKAN ORGAN SEKS
Caranya cukup mudah, misalnya dengan
menggunakan boneka ataupun ketika mandi. Perkenalkan anak secara singkat
organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut,
serta jangan lupa penis dan vagina. Terangkan juga fungsi dari anggota
tubuh dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman penyakit.
3. MENGHINDARI ANAK DARI KEMUNGKINAN PELECEHAN SEKSUAL
Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin
tidak boleh dipertontonkan secara sembarangan. Tumbuhkan rasa malu pada
anak, misalnya ketiika keluar dari kamar mandi hendaknya mengenakan
pakaian atau handuk penutup. Selain itu, jika ada yang menyentuhnya,
segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak boleh teriak
sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
4. INFORMASIKAN TENTANG ASAL-USUL ANAK
Untuk anak usia prasekolah, bisa
diterangkan bahwa anak berasal dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk
perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan dengan usia, anak
boleh diterangkan bahwa seorang anak berasal dari sel telur ibu yang
dibuahi oleh sperma yang berasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan
boleh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.
5.PERSIAPAN MENGHADAPI MASA PUBERTAS
Informasikan bahwa seiring bertambahnya
usia, anak akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan yang
jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pubertas. Anak perempuan akan
mengalami menstruasi/haid, sedangkan anak laki-laki mengalami mimpi
basah. Hal ini menandai juga perubahan pada bentuk tubuh dan kualitas,
misalnya bagian dada yang membesar pada wanita dan suara yang memberat
pada seorang pria.
Penjelasan yang diberikan tentu menggunakan istilah tepat namun tetap dapat dipahami anak.
Orang tua dapat memberikan anak buku
dengan topik pendidikan tentang seks. Bacalah bersama anak dan
diskusikan apa yang telah dibaca. Hati-hati menonton acara televisi yang
mungkin tidak sengaja berisi kasus-kasus perkosaan dan kekerasan
seksual lainnya.
Oleh karena itu, orang tua harus peka
untuk langsung mendiskusikannya dan menjelaskan secara baik, sebab
akibat dari kasus tersebut. Yang terpenting di sini adalah meluangkan
waktu, untuk menyampaikan pendidikan seks dengan santai dan cukup waktu.
Perhatikan juga karakter anak dan rentang atensi yang dimiliki anak,
sehingga anak tidak bosan atau jenuh. Gunakan media seperti gambar,
buku, dan benda lain yang menarik minat anak dan buat semenarik mungkin.
Tujuan dari pendidikan seks juga disesuaikan dengan perkembangan usia, yaitu sebagai berikut : (diunduh dari Mengapa Pendidikan Seks Dianggap Tabu?)
1. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki
seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi
serta cara melindunginya.
2. Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami perbedaan jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia,
membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan
penyakit.
3. Usia menjelang remaja
3. Usia menjelang remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
4. Usia remaja
4. Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
5. Usia pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6. Usia setelah menikah
6. Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.
PENDIDIKAN SEKS DI SEKOLAH
Pada dasarnya, pendidikan seks yang
terbaik adalah yang diberikan oleh orangtua sendiri. Diwujudkan melalui
cara hidup orangtua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu
dalam pernikahan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana
akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Kesulitan
yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orangtua yang kurang
memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka
dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks
kepada anak.
Melihat kenyataan tersebut, jelas
keluarga membutuhkan pihak lain dalam melengkapi upaya pembelajaran
alami terhadap hakikat seksualitas manusia. Pihak lain yang cukup
berkompeten untuk menambah dan melengkapi pengetahuan orangtua, menjadi
perantara antara orangtua dan anak dalam memberikan pendidikan seks
adalah sekolah.
Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kehidupan Keluarga Internasional ialah : (diunduh dari Pendidikan Seks di Sekolah)
- Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
- Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
- Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
- Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
- Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial.
- Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
- Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan perilaku sosial.
- Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan perilaku seksual.
- Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan adalah sebagai berikut :
Sekolah Dasar (SD) –> Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
- Keterbukaan pada orang tua.
- Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan laki-laki dan perempuan; proses membuat anak; dsb.).
- Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
- Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
- Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks à menggunakan bahasa ilmiah, seperti ‘Penis’, ‘Vagina’.
- Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
- Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
- Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ seks/organ reproduksi.
- Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
- Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
- Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
- Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
- Ciri seksualitas primer dan sekunder.
- Proses terjadinya mimpi basah.
- Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
- Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
- Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
- Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
- Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
- Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
- Lebih mengarah ke penyuluhan ‘Safe Sex’. Bukan hanya untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
- Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
- Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan.
HARAPAN
Amat disayangkan bahwa banyak orangtua
yang belum memahami manfaat dan tujuan dari pendidikan seks. Ada yang
menganggap bahwa pendidikan seks tidak diperlukan, sebab akan memancing
anak ke arah negatif.
Terkadang orangtua juga sulit untuk
terbuka dan memulai dialog mengenai materi seks pada anak, sehingga
akhirnya pendidikan seks dianggap tabu. Jelas hal ini tidak benar.
Sesungguhnya dialog seks perlu dibangun, terutama dalam keluarga.
Mudah-mudahan, setelah membaca tulisan ini, para pembaca dapat memiliki perspektif yang baru mengenai pendidikan seks (sex education),
semakin meningkat kesadarannya mengenai pentingnya pendidikan seks
sejak usia dini, serta memiliki pemahaman yang benar mengenai cara
penyampaian sex education yang tepat.
SUMBER :
- Edukasi Seks Sejak Dini
- Mengapa Pendidikan Seks Dianggap Tabu?
- Pendidikan Seks di Sekolah
- Pentingnya Sex Education
- Berbagai sumber lainnya.