Namun masalah muncul. Tali pengerek pada tiang bendera tidak berfungsi. Akibatnya panji kebesaran NKRI itu pun tidak mau naik. Panik, sejumlah siswi langsung pingsan. Hingga akhirnya, bendera pun dikibarkan secara simbolis dengan cara dipegang di keempat ujung bendera oleh anggota paskibra Kecamatan Pagelaran.
”Awalnya normal, tidak ada yang janggal, berjalan lancar. Hanya sewaktu pengibaran, tiba-tiba tali dan katrolnya tidak berfungsi. Kebetulan saat pengibaran saya juga sedang ada di lokasi,” ujar Direktur Utama RSUD pagelaran Neneng Efa Fatimah kepada Jabar Ekspres, kemarin (17/8).
Beban karena merasa gagal atas tugas mereka mengibarkan bendera, sontak 40 anggota paskibra menangis. Tidak terkecuali laki-laki. Bahkan beberapa di antaranya histeris sampai pingsan.
”Segera tim medis dari RSUD Pagelaran langsung membawa ke rumah sakit untuk menangani perawatan. Sebab selain histeris, 12 di antaranya dibawa ke rumah sakit,” ujar dia.
Saat tiba di rumah sakit, beberapa anggota paskibra juga masih menangis lantaran gagal menaikkan sang Merah Putih di hari besar peringatan kemerdekaan Indonesia. Usai mendapatkan penanganan medis, sepuluh anggota paskriba tersebut mulai membaik, sementara dua lainnya masih syok berat.
”Beberapa sudah pulih dan bisa dipulangkan, tapi masih ada yang dirawat karena mengalami sesak nafas. Kami tangani secara baik supaya mereka bisa segera kembali pulih,” katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman usai mengonfirmasi Camat Pagelaran menjelaskan, kejadian tersebut merupakan kendala nonteknis di luar perkiraan. Sebab, sehari sebelum kejadian tersebut, tepatnya saat gladi bersih, pengibaran bisa dilakukan.
”Memang sebelumnya tiang bendera itu dipindahkan, agar berada tepat di tengah-tengah. tidak ada kendala meski dipindahkan, sehari sebelumnya juga normal. Saat pelaksanaan tiba-tiba tidak bisa berfungsi. Namun setelah dicoba kembali usai upacara, penggerek bendera berfungsi lagi secara normal. Jadi masih belum jelas ini bermasalahnya di mana,” kata dia.
Menurut Herman, camat pun sudah menyampaikan permohonan maaf terhadap seluruh peserta upacara yang hadir. ”Mungkin anak-anak (Paskibra Pagelaran) histeris karena merasa sedih, malu, gagal. Latihan yang panjang pupus di puncak acara,” urainya.
Ketua Purna Paskibraka Kabupaten Cianjur M. Ridwan Hadikusumah mengatakan, hal yang wajar bagi pengibar bendera merasa sangat sedih jika terjadi hal tersebut. Sebab mereka sudah jauh-jauh hari melakukan latihan. Kekesalan dan kekecewaan akan dirasakan, meskipun kesalahan belum tentu ada pada para pengibar bendera. ”Pengibaran bendera itu tentu hal yang sakral, mau itu 17 Agustus ataupun pengibaran lainnya. Wajar kalau sangat sedih,” ungkap dia.
Menurutnya, ke depan perlu ada persiapan lebih matang lagi dari seluruh pihak guna mengantisipasi kendala teknis ataupun nonteknis. Pemerintah pun harus lebih memerhatikan fasilitas pengibaran secara maksimal.
”Jadikan pembelajaran semua pihak dan harus jadi perhatian agar tidak terulang. Bagi para anggota paskibra di Pagelaran, tetap semangat dan ke depan harus lebih baik lagi,” pungkasnya. (bay/tts/rie)