Jakarta, GATRAnews - Ketatnya persaingan dan banyaknya peraturan yang menghambat pertumbuhan, membuat pengusaha moderen ritel harus berani membuka pasar baru di luar negeri. "Karena DNA untuk memacu pertumbuhan moderen retail ini adalah ekspansi, kalau tak ada ekspansi pertumbuhan akan minus," kata ketua Asosial Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mendey.
Tapi masuk ke pasar luar negeri juga, menurut Roy, bukan perkara mudah. "Bagusnya pemerintah membantu membuka jalan, goverment to goverment," ujar Roy. Saat ini, lanjutnya, baru Alfamart yang menorobos pasar Asia Tenggara, dan telah memiliki hampir 300 outlet di Filipina.
Sebenarnya, sebelum masuk ke Filipina, Alfamart lebih dulu mencari celah membuka cabang di Vietnam. "Namun urusan ijin dan lain lain, ternyata lebih duluan kita bisa masuk ek Filipina," kata Sekjen Aprindo Solihin yang juga Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart Alfamidi).
Dan ternyata kehadiran Alfamart mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Filipina. Sejak masuk ke Filipina pada Juni 2014, hingga awal Mei 2017 lalu, Alfamart, telah berhasil membuka 260 gerai.
Di negeri tetangga sebelah utara tersebut, lanjut Solihin, Alfamart hadir persis di Indonesia, bentuk, ruangan, warna, penataan, dan manajemen support-nya persis di sini.
"Kita juga mendatangkan beberapa produk lokal ke sana, termasuk tempe kita ekspor," kata Solihin saat acara buka puasa bersama wartawan dan Aprindo, Senin malam (19/6/17).
Kehadiran Alfamart juga langsung berkibar karena jaringan moderen outlet di Filipina belum terlalu banyak. "Kalau secara brand saat ini Alfamart bisa dibilang nomor satu di FIlipina," kata Solihin.
Bagaimana rencana ke depan Alfamart di Filipina? Jaringan ritel nasional yang bernaung di bawah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk ini, memproyeksikan penambahan 120 gerai baru sepanjang 2017.
“Kami berharap, akhir tahun nanti sudah ada setidaknya 330 gerai Alfamart dengan skema franchise di Filipina,” ujar Bambang Setyawan Djojo, International Business and Technology Director Alfamart, dalam keterangan tertulis pada GATRAnews.
Bambang menjelaskan, keberadaan Alfamart di Filipina dijalankan dengan skema join venture (JV) bersama peritel lokal SM Group. Melalui Alfamart Retail Asia Ltd. (ARA) yang bermarkas di Singapura serta bekerja sama dengan SM Retail Supermarket.
Menurutnya, pasar Filipina merespons positif kehadiran Alfamart, karena model bisnis retail grocery yang sama masih belum banyak di Filipina, sehingga potensi pasar untuk Alfamart masih terbuka luas. Namun jika dibandingkan dengan di Indonesia, kontribusinya terhadap induk perusahaan masih belum signifikan.
“Ini merupakan peluang yang prospektif untuk terus dikembangkan. Sebab di sana lebih banyak pemain convenience store, jadi belum ada kompetitor yang head to head dengan Alfamart," ungkapnya.
Alfamart, lanjut Bambang, telah menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2.9 triliun. Anggaran diperoleh melalui aksi korporasi yang menerbitkan penawaran umum obligasi dengan mekanisme Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) pada April lalu.
“Sebagian besar dana tersebut, akan digunakan untuk pengembangan jumlah gerai Alfamart, termasuk di Filipina,” terang Bambang.
Sampai saat ini, ekspansi ke luar negeri baru menyasar Filipina. Perusahaan juga masih mempertimbangkan kemungkinan ekspansi ke negara ASEAN lainnya.
“Kami sedang melakukan studi kelayakan untuk mempelajari pasar potensial beserta regulasi di negara-negara tetangga. Masih dalam tahap pengkajian,” ujar Bambang.