trend berita, Jakarta - Industri ritel dihempas kabar kurang sedap lagi dengan pemberitaan bahwa Hypermart mulai melakukan PHK besar-besaran di seluruh gerai nya di Indonesia.
Pengusaha ritel mengeluhkan omzet mereka yang turun dan berimbas pada pengurangan jam kerja hingga kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kegiatan industri ritel memang jauh dari stabil dan underperform.
Bahkan, pengusaha pun pesimis, industri ritel bisa tumbuh positif dan double digit untuk tahun ini lantaran daya beli di sektor mereka belum membaik dan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun ini.
Menanggapi hal ini, Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai, jangan terlalu melihat fenomena tersebut sebagai gejala ekonomi keseluruhan. Banyak hal lain yang memang menjadi sebuah gejala.
Darmin beranggapan bahwa bisnis supermarket besar tersebut tergerus karena adanya minimarket-minimarket. Meskipun jumlahnya belum pasti, namun Darmin memperkirakan salah satu alasannya karena orang-orang tak banyak lagi yang berbelanja di Hypermart.
“Bisa saja (lalukan PHK) karena Indomaret, Alfamart itu perkembangannya bukan main,” katanya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Mantan Gubernur Bank Indonesia ini kembali menegaskan agar kondisi industri ritel tidak dilihat sebagai gejala ekonomi keseluruhan. Karena kata dia, bisa saja itu gejala persaingan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mande membenarkan bahwa Hypermart sudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerjanya di seluruh Indonesia. Memang jumlahnya belum pasti, namun dapat dipastikan jumlahnya ribuan.
Adanya fenomena ini, menunjukkan bahwa industri ritel Indonesia sedang mengalami kondisi buruk, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Jumlahnya memang perlu dihitung, tapi sudah melakukan PHK memang. Jumlahnya masih dalam perhitungan, karena ada yang di daerah untuk Hypermartnya, bukan hanya di Jakarta. Jadi belum masuk semua datanya. Ini akibat penurunan di industri ritel,” kata Roy.
Dia mengungkapkan, saat ini memang sedang dievaluasi untuk setiap tokonya, dan membutuhkan waktu yang panjang karena satu toko ada 400-500 orang dan bekerja dua shift.
“Bisa dibayangkan kelipatannya. Ada efisiensi besar jika pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya,” imbuhnya.
Menanggapi pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution bahwa Hypermart kalah bersaing dengan Alfamart dan Indomart, Roy menganggap saat ini situasinya memang sulit, pemerintah bisa berkata apapun, namun tanpa adanya stimulus, industri ritel tidak akan ada perbaikan.
“Pemerintah bisa menyatakan berbagai kondisi dan situasi, semua bisa bergeser, tidak akurat, dan tidak sesuai dengan pribadi bersangkutan. Masing-masing bisnis punya pola bisnis sendiri. Tapi kenyatannya, industri ritel makin meredup, pencapaian target di Idul Fitri turun, dan sulit meneruskan bisnisnya, karena juga sewa mal mahal,” pungkasnya.