Mistis, Penampakan 3 Siluman Buaya Di Basecamp Elite BKB

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Asrama TNI yang berlokasi persis di belakang Benteng Kuto Besak (BKB), tak sekedar sebuah asrama. Di balik itu, kawasan tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Bahkan pemukiman yang dikenal dengan sebutan Asrama Benteng ini menyimpan banyak bukti sejarah peninggalan masa penjajahan Belanda. Peninggalan inilah yang akan dijadikan destinasi wisata bagi pemkot Palembang.
Terungkap pula bagaimana nilai-nilai sejarah yang kuat, bahkan ada aroma mistis di kawasan ini, mulai dari cerita penduduk tentang penampakan-penampakan di malam hari di areal kawasan itu hingga keberadaan legenda siluman buaya di belakang Benteng itu yang membuat merinding.

Hiiiii.....berikut penulusuran tim Sripo.

BKB
BKB (SRIPOKU.COM/Syahrul Hidayat)
Dari pantauan Sripo Rabu (20/9), lingkungan perkampungan yang luasnya sekitar enam hektar ini kondisinya bersih.
Perkampungan memiliki tiga RT yang masuk dalam wilayah RW 06 Kelurahan 19 Ilir
Kecamatan Bukit Kecil Palembang.
Tampak ratusan rumah warga berjejer rapi yang mayoritas bangunan rumahnya masih bentuk bangunan asli peninggalan masa Belanda.
Keaslian bangunan ini terlihat dari bentuk fisik dinding rumah yang ketebalannya berbeda pada dinding rumah umumnya. Ketebalan dinding rumah sekitar 30-40 cm yang merupakan susunan batu bata lama.
Di tengah pemukiman, terdapat satu bangunan yang menunjukan  keaslian bangunan Belanda. Bahkan diperkirakan bangunan sudah ada pada abad 18.
Diperkirakan kampung asrama benteng ini dulunya merupakan lokasi pemukiman atau basecamp bagi kalangan elite-elite Belanda ketika menguasai dan menjajah wilayah Kota Palembang. Kondisi ini terlihat dari lantai bangunan yang sudah dipasangi keramik.

Bahkan area kampung dikeliling dinding tebal dengan arsitek gaya Eropa. Terlihat jelas bentuk tiang dinding tebal sudah memiliki gaya arsitek ala barat. Bahkan batubata sebagai dinding disusun membentuk setengah lingkaran tanpa adanya besi sebagai penompang atau penyangga.
"Semuanya masih asli, mungkin hanya atapnya saja yang sudah diganti warga. Tapi untuk dinding dan lantainya masih asli. Lihat saja ada lantai yang sudah ada keramiknya dan diyakini tempat ini dulunya memang bagi kalangan orang elite Belanda," ujar Sopian Penukal, Ketua RT 16 Asrama Benteng yang mengajak Sripo keliling lokasi.
Dinding Benteng Jadi Teras
Pemkot Palembang berencana menjadikan Kampung Asrama Benteng sebagai salah satu destinasi
wisata baru.
Rencana ini setelah sepekan lalu Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda beserta
jajarannya datangi lokasi. Rencana Wawako ini langsung diutarakannya ke warga di lokasi dan mendapatkan antusias dari warga.
Dijadikannya sebagai kampung wisata sebagai upaya Pemkot mengembangkan pariwisata dalam percepatan menuju Asian Games 2018 mendatang.

BKB
BKB (SRIPOKU.COM/Syahrul Hidayat)
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani mengatakan, kawasan Kampung Benteng yang rencananya akan diberi nama Kampung Tuo Wisata BKB. Kampung ini merupakan warisan budaya yang  patut dilestarikan dan dikembangkan.
"Sudah masuk heritage dan ini jadi starting point kita untuk memajukan kawasan ini. Namun tetap dibutuhkan dukungan dari masyarakat dan OPD terkait, khususnya stake holder pariwisata agar ini semakin berkembang dan dilirik sebagai destinasi wisata baru," ujarnya.
Disisi lain, kesejahteraan masyarakat juga diharapkan bisa meningkat setelah kawasan ini direvitalisasi. Sehingga menurut Isnaini pihaknya akan segera melakukan percepatan dalam pembangunan ini dalam waktu dekat.
"Kita lihat saja dinding BKB yang tebal dan lebar. Rencananya di atas dinding itu akan kita jadikan sebagai teras bagi wisatawan yang ingin melihat pemandangan Sungai Musi dan Jembatan Ampera.
Rencana ini tentunya akan kita koordinasikan dengan pihak TNI. Namun untuk realisasi Kampung Tuo Benteng ini memang butuh pihak ketiga," ujarnya.

Misteri Terowongan Belanda Dan 3 Siluman Buaya
KAWASAN asrama benteng ini merupakan kampung yang memiliki banyak sejarah masa penjajahan Belanda. Sebagai untuk pembuktiannya, Sopian pun mengajak Sripo naik ke atas dinding tebal sebagai
benteng yang tidak sembarang orang bisa menaikinya.
Ketika di atas dinding yang tebalnya sekitar 2,5 meter, terlihat jelas memang bekas bangunan Belanda yang benar-benar dijadikan sebagai benteng pertahanan.
"Kata orang yang dulu, batu bata yang tersusun untuk dijadikan dinding benteng ini dilekatkan pakai putih telur. Tapi itu hanya sebatas cerita saja, karena jika dilihat memang beda dengan semen atau sejenisnya," ujar Sopian yang sudah 15 tahun lebih bermukim di asrama benteng.

Sopian mengatakan, banyak misteri sejarah yang belum terpecahkan di asrama benteng ini. Salah satunya terowongan Belanda yang diyakini berada di lokasi pemukiman. Karena asrama benteng ini dulunya pusat dari seluruh terowongan Belanda dan Jepang yang ada di wilayah Palembang.
"Dulu pernah ada warga ketika mau gali lobang, dilihatnya ada terowongan dan mengeluarkan bau amis. Karena takut, jadi lobangnya ditutup kembali. Jadi terowoangan Belanda itu masih misteri. Kalau cerita-cerita dulu, ada orang yang pernah menemukan senjata perang jaman Belanda," cerita Sopian yang
menyambut antusias rencana Pemkot Palembang untuk menjadikan asrama benteng sebagai kampung wisata di Palembang.
Sementara itu salah satu warga sekitar yang tidak ingin diseutkannamanya mengungkapkan selain terowongan sungai di belakang BKB tersebut, kerap muncul penampakan tiga siluman buaya.
Ketiganya dipercaya penunggu kawasan tersebut dan muncal pada saat tertentu.

Ilustrasi
Ilustrasi (Istimewa)
"Biasaya kalau malam banyak yang mancing di sana dan dari merekalah kerap mengaku melihat ada tiga siluman buaya itu, biasanya mereka akan segera pulang atau meninggalkan tempat itu dan pindah ke tempat lain," ujarnya.
Sebab menurut dia, jika sudah begitu mereka tidak akan dapat ikan, salah-salah mereka akan menjadi sasaran kemarahan.
"Biasanya jika air tiba-tiba tenang dan suasana hening itu tanda-tanda kemunculan, jika sudah ada salah satu dari mereka yang nampak, kita harus pergi tinggalkan tempat itu," ujarnya seraya mengatakan areal itu sebenarnya sangat banyak ikan sehingga menjadi tempat favorit memancing disamping memang berwisata.

Disebutkan ada tiga buaya yakni buaya putih dan buaya hitam serta satu lagi warna asli dari buaya kebanyakan.
Namun cerita ini hanya sumir belaka, karena hanya beberapa orang yang pernah melihat dan secara kasat mata. Selebihnya, banyak yang mengaku tidak tahu. Tetapi cerita ini juga membuat BKB sangat menarik dan membuat penasaran.

Ada Sejarahnya
MENYIKAPI wacana Wawako Palembang Fitrianti Agustinda SH yang berharap kawasan komplek perwira di BKB dijadikan Kampung tuo Palembang, Kepala Penerangan Kodam II Sriwijaya Letkol Inf Imanulhak SSos mengaku belum mendengarnya.

"Sampai hari ini saya belum mendengar rencana Ibu Wawako. Hanya saja kalau saya bilang, terlepas dari rencana Ibu Wawako. Sama dengan di Ternate, rumah dinas anggota mau diganti destinasi wisata. Sejak 2009 tidak kelar."
Tetap tidak bisa karena sudah diambil alih. Benteng peninggalan penjajahan ditempati asrama
militer bukan semata-mata militer menduduki tempat itu. Tapi ada sejarahnya. Memang diserahkan ke TNI," katanya.