10 Fakta Bhayangkara FC Sang Juara Liga 1 Indonesia

 Asal Muasal dan 9 Fakta BHAYANGKARA Si Juara Baru LIGA I INDONESIA, Nomor 3-6 Terasa Janggal

SRIPOKU.COM-Bhayangkara FC, demikian nama klub yang kini membuat rezim baru dan sebagai juara baru Liga I Indonesia. Liga paling bergengsi dan dengan suprmasi tertinggi di tanah air. Tidak ada yang meragukan kualitas Bhayangkara, baik dari segi materi pemain, pelatih, hingga permainan mereka sepanjang perhelatan.
Namun, mengapa di penghujung kompetisi, ketika Bhayangkara sudah pasti mengunci gelar juara di pekan ke-33, banyak yang melontarkan ketidakpuasan, kritik, dan menganggap Bahayangkara tidak pantas atau belum juara?
Memang ada beberapa fakta mengejutkan, sebab mengapa  tiba-tiba mereka menyalib Bali United yang sudah bekerja dengan keras mengalahkan PSM Makasar di pekan yang sama dengan nilai 65. Namun dua hari setelah itu, Bhayangkara ketambahan dua poin dan kemudian menang atas Madura United yang bermain dengan 9 pemain, sehingga mengantongi nilai 68.

Siapakah Bhayangkara FC? siapa pula suporternya? mengapa tim yang dianggap tiba-tiba muncul ini? begitu fenomenal dan langsung juara, mengalahkan tim-tim lama yang biasanya melakukan hegemoni seperti Arema, Persib, PS Makassar, Sriwijaya FC, Persija hingga Persipura?
Yuk simak fakta-fakta Bhayangkara FC dan kejadian di Liga I Indonesia yang membuat dia melaju mulus menjadi kampiun baru:
1. Jelmaan Persebaya Surabaya dan Dualisme Kepemimpinan
Dikutip dari berbagai sumber, baik itu terutama dari tribunnews, wikipedia, hingga PT LIGA I Indonesia, Cikal bakal klub ini berawal dari dualisme Persebaya Surabaya yang baeralih ke Liga Primer Indonesia dan mengubah namanya menjadi Persebaya 1927 di bawah PT Persebaya Indonesia.
Pada saat itu, tim yang dulu bernama Persikubar Kutai Barat diboyong ke Surabaya dan diubah namanya menjadi Persebaya Surabaya oleh Wisnu Wardhana di bawah PT. Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) agar Surabaya memiliki wakil di liga resmi PSSI.
Pada tahun 2015 mereka tidak boleh mengikuti turnamen arahan Mahaka Sports & Entertainment yang bertajuk Piala Presiden 2015.
Karena ingin mengikutinya, mereka menambahkan kata United di tim ini. Sejak lolos ke babak 8 besar, BOPI mengisyaratkan untuk menanggalkan nama Persebaya, karena hak paten logo dan nama ada di tangan Persebaya 1927 bawahan PT. Persebaya Indonesia. Oleh karena itu, mereka mengubah nama menjadi Bonek FC.
Di turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015, mereka mengubah nama klubnya menjadi Surabaya United dikarenakan Bonek 1927 mengecam nama Bonek sebagai klub sepak bola yang aslinya merupakan nama suporter.

Pada tanggal 12 April 2016, Surabaya United melakukan merger dengan tim yang mengikuti Piala Bhayangkara 2016, PS Polri dan mengubah namanya menjadi Bhayangkara FC .
Klub ini pun akhirnya mengikuti kompetisi Indonesia Soccer Championship A 2016.
Bhayangkara FC pun memulai debutnya di Liga 1 tahun ini. Di luar dugaan, tim dengan CEO Irjen Pol Agung Budi Maryoto ini akhirnya menjuarai Liga 1

2. Menang Dramatis dan Cenderng Kontroversial atas Madura United
Madura United dikalahkan Bhayangkara FC dipekan ke-33 Liga 1, di Stadion Bangkalan, Madura, Rabu (8/11/2017) malam.
Pertandingan penentuan Juara Liga 1 ini dimenangkan oleh Bhayangkara FC dengan skor 1-3.
Dengan kemenangan ini Bhayangkara FC mengklaim bahwa mereka adalah Juara Liga 1 berdasarkan papan klasemen.
Setelah pertandingan Manajer Madura United, Hanura Soemitro menilai beberapa keputusan PSSI di Liga 1 menjelang akhir musim dinilai kontoversial.
Dilansir tribunjatim.com, Hanura mengungkap adanya kriminalisasi terhadap Liga 1.
"Ada banyak kriminalisasi dalam liga guyonan ini. Di akhir musim, terjadi kriminalisasi dengan berbagai macam alat entah itu instrumen izin, intelijen, rekomendasi, bahkan yang tragis hari ini wasit asing," cetus Haruna Soemitro
Salah satu yang menjadi dasar Haruna adalah tiga kartu merah yang dikeluarkan wasit asing Seyed Vahitd Kazem asal Iran pada Madura United.

Tiga pemain Madura United yang dikartu merah tersebut antara lain Peter Odemwingie, Fandi Eko, dan Rizky Dwi.
Menurut Haruna, tiga kartu merah ini membuat pertandingan tidak kondusif lagi untuk Madura United.
"Bagaimana bisa wasit memberikan tiga kartu merah yang membuat tidak kondusifnya pertandingan," tutur Haruna.

Haruna menyayangkan sikap wasit yang terlalu mudah mengeluarkan kartu kepada pemainnya.
"Semua orang bisa menilai, karena pertandingan ini disiarkan live di mana kita diambil dari belakang tanpa kartu, tapi kalau pemain kita melakukan tackle keras, bukan kasar. Dengan mudah kartu itu melayang," ungkapnya.
=====
3. Loby-Loby Sebelum Pertandingan Lawan Madura United
Manajer Madura United, Haruna Soemitro mengungkapkan hal yang mengejutkan dari pertandingan lawan Bhayangkara FC, Rabu (8/11/2017) malam.
Haruna secara terbuka mengungkapkan ada upaya negosiasi jelang pertandingan lawan Bhayangkara FC.
Laga yang digelar di Stadion Bangkalan, Madura ini berakhir untuk kemenangan Bhayangkara FC dengan skor 1-3 dan BFC mengklaim diri mereka sebagai Juara Liga 1.
Dilansir BolaSport.com dari jatim.tribunnews.com, tawaran tersebut datang dari orang yang dirahasiakan namanya.
"Ada seseorang yang tidak usah saya sebutkan namanya ingin memberikan jaminan agar Madura United mau diajak negosiasi, maka 'everything is clear'," ungkap Haruna Soemitro.

Di hari yang sama sebelum tawaran tersebut datang, izin pertandingan Madura United lawan Bhayangkara FC secara tiba-tiba dicabut oleh Polres Bangkalan.
"Kemarin jam 9 (21.00 WIB) kita menerima pencabutan rekomendasi pertandingan oleh Polres Bangkalan," jelas Haruna Soemitro.
Bahkan hingga sore hari beberapa jam jelang pertandingan, izin belum juga jelas.

"Ancaman laga tidak akan berlangsung hingga tadi sore, tapi saya tidak tahu tekanan ini dari siapa sehingga begitu kuatnya," ujarnya heran.
Dengan hasil kemenangan ini, Bhayangkara FC mengklaim bahwa mereka adalah Juara Liga 1 berdasarkan papan klasemen.
===
4. Kejanggalan Yang Dicurigai Manajer Madura United
Hanura Soemitro juga menilai beberapa keputusan PSSI di Liga 1 menjelang akhir musim dinilai kontoversial.
Ia mengungkap adanya kriminalisasi terhadap Liga 1.
"Ada banyak kriminalisasi dalam liga guyonan ini. Di akhir musim, terjadi kriminalisasi dengan berbagai macam alat entah itu instrumen izin, intelijen, rekomendasi, bahkan yang tragis hari ini wasit asing," cetus Haruna Soemitro
Salah satu yang menjadi dasar Haruna adalah tiga kartu merah yang dikeluarkan wasit asing Seyed Vahitd Kazem asal Iran pada Madura United.
===
5. Melawan 9 Pemain Madura United di Final Perebutan Poin Krusial
Tiga pemain Madura United yang dikartu merah tersebut antara lain Peter Odemwingie, Fandi Eko, dan Rizky Dwi.
Wasit asing Seyed Vahitd Kazem asal Iran memberikan kartu kuning pada pemain Madura United saat melawan Bhayangkara FC, Rabu (8/11/2017) malam.
Menurut Haruna, tiga kartu merah ini membuat pertandingan tidak kondusif lagi untuk Madura United.
"Bagaimana bisa wasit memberikan tiga kartu merah yang membuat tidak kondusifnya pertandingan," tutur Haruna.
Haruna menyayangkan sikap wasit yang terlalu mudah mengeluarkan kartu kepada pemainnya.
"Semua orang bisa menilai, karena pertandingan ini disiarkan live di mana kita diambil dari belakang tanpa kartu, tapi kalau pemain kita melakukan tackle keras, bukan kasar. Dengan mudah kartu itu melayang," ungkapnya.
====
6. Menerima Limpahan Poin dari Kemenangan WO Lawan Mitra Kukar
Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro sangat kecewa dengan kinerja PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang dinilainya mendadak menguntungkan Bhayangkara FC. Meskipun belum secara resmi diumumkan, Bhayangkara FC kemungkinan besar akan menjadi juara Liga 1 musim ini.
"Pemain (Bali United) harus tetap harus fokus untuk sisa pertandingan (Liga 1) terakhir ini (melawan Persegres Gresik). Buktikan bahwa kita juara tanpa mahkota, kalau memang ini terjadi," kata Widodo seperti dilansir dari tribunnews, Kamis, 9 November 2017.
Bhayangkara FC mendadak berada di puncak klasemen karena mendapat tiga poin setelah Komisi Disiplin PSSI menyatakan Mitra Kukar bersalah. Berdasarkan surat PSSI nomor 112/L1/SK/KD-PSSI/X/2017 tanggal 5 November 2017, Komisi Disiplin memutuskan pertandingan yang berlangsung pada, 3 November di Stadion Aji Imbut, Tenggarong itu memberikan kemenangan Bhayangkara FC dengan skor 3-0 atas Mitra Kukar. Hasil pertandingan tersebut sebelumnya berakhir imbang 1-1.
Surat itu ditandatangani Ketua Komisi Disiplin PSSI, Asep Edwin Firdaus. Berdasarkan keterangan surat tersebut Mitra Kukar dikenakan sanksi denda sebesar Rp. 100 juta, karena melanggar Pasal 55 Kode Disiplin.
Menurut Widodo, situasi ini mengingatkannya pada 1995 saat masih menjadi pemain Petrokimia Putra Gresik. "Persis ini dua kali, saat jadi pemain dan sekarang pelatih. Waktu itu (1995) melawan Persib Bandung," ujarnya.
Bagi Widodo situasi Liga Indonesia yang dianggapnya tidak pernah membaik membawa dampak buruk untuk kemajuan sepak bola Tanah Air. "Makanya di Asia (sepak bola) kita enggak akan maju, di mana Indonesia jalannya, enggak ada kan? Berarti enggak ada perubahan sama sekali," katanya. "Jangan disalahkan pembina atau apa-apa, kalau (sepak bola) kita kalah sama Timor Leste, karena ya begini ini, bikin patah arang."
Adapun punggawa Bali United Stefano Lilipaly beranggapan apa pun situasi saat ini ia tetap bangga dengan timnya. "Semua orang tahu apa yang sudah kami (Bali United) lakukan. Saya bangga dengan para pemain dan suporter," ujarnya.
Posisi Bhayangkara FC di puncak klasemen semakin kokoh karena kemudian mampu mengalahkan Madura United 3-1 dalam pertandingan di Stadion Gelora Bangkalan, Kamis kemarin. Namun keputusan juara belum dipastikan, karena jika Mitra Kukar banding kemudian dinyatakan menang, maka poin Bhayangkara akan kembali dikurangi.
Bhayangkara FC saat ini memiliki 68 poin, menyisakan satu pertandingan melawan Persija Jakarta. Sedangkan Bali United di peringkat ke-2 dengan 65 poin, menyisakan satu pertandingan menghadapi Persegres Gresik. Dalam dua pertemuan musim ini, Bali United selalu dikalahkan Bhayangkara FC sehingga bila nilai kedua tim sama Bhayangkara yang akan juara.
====
7. Tim yang Dimiliki oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Setelah di Jual Sang Pemilik Saham Mayoritas Gede Widiade
Saham kepemilikan Bhayangkara FC sebagian besar dimiliki oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), yang mana sebanyak 90 persen. Sementara 10 persen sisanya dikatakan merupakan milik Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade.
Sebelumnya, Gede Widiade mempunyai saham yang banyak sebelum akhirnya dijual kepada Polri pada 2016 lalu. Penjualan saham klub kepada pihak Polri nyatanya juga membawa pengaruh bagi nama klub.
Saat mayoritas saham belum dimiliki oleh Polri, klub ini bernama Bhayangkara Surabaya United. Namun, setelah Polri yang menguasai klub asal Bekasi ini, nama pun berubah menjadi Bhayangkara FC.
===
8. Ditangani Pelatih Asal Skotlandia yang Fenomenal
Sebagaimana diketahui, Bhayangkara FC saat ini diarsiteki oleh pelatih asal Skotlandia, yaitu Simon McMenemy. McMenemy sendiri baru menangani Bhayangkara FC pada musim 2017 ini.
Sebenarnya, pria berusia 39 tahun ini sudah pernah meniti karier sebagai pelatih di Tanah Air, seperti membela Mitra Kukar di musim 2011 hingga 2012 lalu. Namun pada 2013 lalu usai kontaknya diputus oleh Pelita Bandung Raya (sekarang Madura United), dirinya sempat meninggalkan Indonesia sementara waktu, dikutip dari Bola (16/01/17).
Setelahnya, McMenemy memilih kembali ke Indonesia untuk bisa menjabat sebagai pelatih Bhayangkara FC. Hal itu dikarenakan dirinya memiliki kesenangan tersendiri untuk melatih pemain muda.
Saat itu, McMenemy yang diberitahukan mengenai materi pemain yang dimiliki The Guardian oleh manajemen klub pun memutuskan untuk bergabung karena merasa tim mempunyai talenta dan prospek untuk meraih juara.
Meskipun di awal musim tim Bhayangkara FC tidak terlalu diliat dan diprediksi akan menjadi juara, mereka mampu menunjukkan konsistensi di bawah arahan McMenemy sehingga mampu menyaingi tim papan atas dengan baik.
====
9. Dihuni Gelandang Top Beda Generasi
Jika menilik skuat Bhayangkara FC, mereka memang pantas dinilai sebagai tim perkasa dan kuat. Hal itu tidak terlepas dari susunan pemain yang dimilikinya, terutama pada posisi gelandang yang mana mempunyai gelandang top beda generasi.
Adalah Firman Utina dan Evan Dimas Darmono, yang menjadi salah satu kunci kekuatan tim berjuluk The Guardian itu. Performa mereka di lapangan hijau tentunya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Sebab, keduanya sama-sama menjadi pemain yang berhasil memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Firman Utina menjadi sosok gelandang hebat Timnas Indonesia pada 2001 hingga 2014 lalu.
Selain itu, pria berusia 35 tahun tersebut juga sudah mempunyai pengalaman yang banyak di dunia persepakbolaan dengan memperkuat banyak klub, di antaranya Persita Tangerang, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, ataupun Persib Bandung.
Sementara jati diri Firman Utina itu sendiri bisa dikatakan 'hadir' pada Evan Dimas. Meskipun dirinya belum banyak memperkuat tim senior, skill apik yang ada pada dirinya menjadi pembuktian dirinya menjadi pantas disandang status pemain top.
Hal itu juga bisa dilihat dari catatannya saat membela Timnas Indonesia sejak 2010 lalu, saat dirinya membela Timnas U-17 hingga saat ini terus memperkuat Timnas U-22.

10. Punya Suporter Berseragam yang sangat loyal, meski terbilang baru sesusia Bhayangkara FC
Bhayangkara FC, tim asal Polri ini memiliki suporter yang loyal, karena rata-rata berasal dari anggota Polri. Dengan mengandalkan nama lembaga yang memiliki saham mayoratis yakni Polri, tidak heran jika kemudian tim ini memiliki suporter berseragam yang sangat loyal di seluruh daerah.
Mereka akan mendukung Bhayangkara dengan nyanyian dan gerakan yang khas ala Kepolisian, mereka pun berani, kreatif dan tidak pernah berhenti menyanyi memberikan dukungan sepanjang pertandingan.