Inilah Faktor Sebenarnya Mengapa Semakin Banyak Cewek Yang Bekerja

Agan-sista pasti menyadari, semakin ke sini, semakin banyak perempuan bekerja. Baik yang masih lajang ataupun sudah berumah tangga. Okelah, kalo lajang masih reasonable banget buat bekerja. Daripada diem, mending memanfaatkan ilmu, tenaga, dan waktu yang ada buat berkarir.  Nah, tapi banyak juga kan, perempuan-perempuan berumah tangga yang masih juga bekerja. Udah gak aneh lagi deh, jaman sekarang, perempuan bersuami yang tetap berkarir. Berbeda dengan dua dekade ke belakang atau sebelum-sebelumnya lagi. Jaman dulu, jumlah perempuan karir kayaknya gak sebanyak sekarang.

Saking banyaknya perempuan bekerja, jumlah kesempatan bekerja untuk lelaki sampai (tampaknya) berkurang. Ini hanya opini aja sih, tapi ane mengindikasikan begitu karena emang ane sering liat postingan lelaki di media sosial yang mengeluhkan kurangnya kesempatan bekerja. Setiap ada lowongan, syaratnya perempuan lagi, perempuan lagi. Ya kali para lelaki itu harus ke Thailand dulu (IYKWIM) biar bisa dapet kesempatan kerja di sini..

Nah, emang kenapa sih, jumlah pekerja perempuan semakin banyak aja?

Cekidot hasil investigasi ane, gan-sist!


Di sini, ane akan membagi dua kategori faktor-faktor penyebab bertumbuhnya jumlah perempuan bekerja. Ada faktor internal dan faktor eksternal. O ya, yang ane bahas di sini adalah perempuan yang bekerja di luar rumah sebagai pegawai ya, bukan sebagai pengusaha yang memodali sendiri usahanya

A. Faktor Internal
Maksudnya, faktor-faktor penyebab perempuan bekerja yang muncul dari dalam diri sang perempuan.


1. Kebutuhan Ekonomi
Spoiler for Butuh duit, gan!:

Udah lumrah banget deh alesan perempuan bekerja yah butuh duit. Kalo yang masih single sih, ada yang duitnya dipake buat kuliah lagi, kebutuhan pribadi sehari-hari, buat maen & nongki canciks emoticon-Kiss (S), juga buat ngebiayain orang tua atau adik-adiknya. Nah, kalo yang udah bersuami, emangnya duit suami masih kurang? Ada yang emang ngerasa gaji suami kurang menutupi kebutuhan keluarga. Ada juga yang emang suaminya gak kerja emoticon-Berduka (S). Sementara anak-anaknya butuh biaya buat makan, pendidikan, kesehatan, dll.


2. Obsesi dan Gengsi
Spoiler for Obsesi & Gengsi:
KENAPA SEMAKIN BANYAK PEREMPUAN BEKERJA?
Sumber gambar:http://www.marieclaire.com/career-advice/news/a14362/female-boss-happy-worker/

Ada juga nih, perempuan yang masih tetep ngantor padahal suaminya udah kaya-raya, punya jabatan, gak kurang ngasih duit, pokoknya financially idaman cewek2 lah emoticon-Genit Biasanya sih, perempuan-perempuan seperti itu memilih bekerja karena memiliki obsesi untuk mencapai prestasi tertentu di karirnya. Sebagian lagi, ada yang bekerja karena gengsi, “Masak temen-temen gue kerja di perusahaan keren, sementara gue yang lulusan magister dasteran di rumah ngurusin anak-anak?” emoticon-Hammer (Lah, padahal kan seorang istri emang kewajiban utamanya ngurusin anak-anak & keluarga saat suami kerja ya? emoticon-Bingung (S)) Ada juga sih, perempuan yang bekerja itu untuk memenuhi permintaan & gengsi orang tua. Jangan salah loh, ada orang tua yang pengen anak perempuannya tetep kerja meskipun dia sudah bersuami. Salah satu alasannya, “Udah dibiayain sekolah tinggi-tinggi, masak cuma di rumah aja? Mending mendedikasikan diri, berkarya buat masyarakat!” Mungkin biar keren juga pas temen-temennya nanyain kabar anaknya, “Anak saya udah jadi manajer di perusahaan anu.” emoticon-Hammer (S)



3. Dedikasi
Spoiler for Dedikasi:

Ini sih biasanya terjadi pada pekerjaan-pekerjaan jenis tertentu yang memang membutuhkan hard skill ataupun soft skill yang jarang dimiliki orang lain. Misalnya guru, akuntan, humas perusahaan, aktris, dll. Banyak guru perempuan yang sesungguhnya memiliki suami berkecukupan. Tapi, karena mencintai pekerjaannya emoticon-Kiss (S), juga dukungan guru-guru lain dan para siswa untuk tetap mengajar (mungkin udah terlanjur cocok & susah lagi nyari guru yang sama seperti beliau), akhirnya mereka bertahan. Akuntan juga demikian. Kejujuran dan ketelitian yang sulit ditemukan pada pekerja lain, membuat perusahaan berjuang mempertahankan mereka. Pekerjaan apa lagi ya? Banyak sih, gak bisa disebutin semua.. emoticon-Ngakak (S)


4. Mengisi Waktu
Spoiler for Biar Gak Sepi & Biar Ada Kegiatan:

Anak-anak sudah besar dan sibuk di sekolahnya masing-masing. Suami juga sibuk dengan pekerjaannya dari pagi sampai sore. Tinggallah sang istri sendirian di rumah. Daripada kesepian dan gak ada kegiatan, mereka kemudian memutuskan untuk kembali bekerja. Tapi, karena terbentur masalah usia, pekerjaan untuk mereka pun terbatas. Ada yang menjadi buruh pabrik, bekerja untuk UKM, dll.


5. Single Mommy
Spoiler for Single Fighter Mom:

Kalo udah jadi janda, punya anak pula, mau gak mau seorang perempuan harus bekerja mencari nafkah. Ada sih, mantan suami yang tetap membiayai anaknya yang diasuh sang mantan istri. Tapi banyak juga yang meninggalkan anak dan istrinya begitu saja. Ada juga nih, lelaki yang cerai dari istrinya hanya mau membiayi anaknya, tapi gak mau mengeluarkan duit sepeserpun untuk sang mantan istri. Padahal anaknya diasuh oleh sang istri. Lah, emang itu mantan istrinya punya tenaga buat ngerawat anaknya dari mana? emoticon-Cape d... (S) Kan butuh makan.. emoticon-No Hope


B. Faktor Eksternal
Maksudnya faktor-faktor di luar diri sang perempuan yang mendukung mereka untuk bekerja.


1. Hasil Kerja Perempuan Lebih Baik
Spoiler for Perempuan Lebih Baik:

Gak bermaksud merendahkan agan-agan. Tapi, secara umum emang banyak perusahaan beralasan demikian untuk merekrut perempuan. Baik untuk pekerjaan kasar seperti buruh ataupun pekerjaan administratif (staf kantor), pekerja perempuan sering dinilai lebih rapi, teliti, dan cekatan dibanding pekerja lelaki. Sehingga lelaki dipekerjakan hanya untuk tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan. Misalnya OB, bagian gudang, security, ataupun supir (tenang aja gan, ga semua perusahaan begitu kok. emoticon-Smilie) Akibatnya, makin banyak lowongan pekerjaan untuk perempuan dan makin banyak perempuan yang bekerja.


2. Perempuan Lebih Penurut
Spoiler for Lebih Mudah Diatur:

Banyak perusahaan lebih senang merekrut pekerja perempuan karena menilai perempuan lebih penurut, patuh, tidak banyak menuntut, pokoknya gak macem-macem deh. Katanya, kalo perusahaan mayoritas pekerjanya laki-laki, bakalan lebih rentan demonstrasi. Mungkin karena sifat lelaki yang lebih pemberani, jika perusahaan ada kekurangan atau kesalahan apa-apa, mereka langsung demo, nuntut perbaikan sistem, dan ngancam lapor ke kepolisian atau disnaker. O ya, ada juga nih kasus perusahaan yang dulunya didominasi pekerja laki-laki, kemudian suatu saat mengadakan PHK massal dan merekrut banyak perempuan untuk mengganti mereka. Why? Katanya pas pekerjanya mayoritas laki-laki, perusahaan itu mengalami banyak kerugian, ada banyak kekurangan bahan baku, kehilangan ini-itu dan ada korupsi uang juga. Setelah diganti oleh para perempuan, kasus-kasus yang merugikan perusahaan tersebut jauuuh berkurang. emoticon-Belo Nah, jadi kalo ada perusahaan yang banyak mengganti pekerja laki-lakinya dengan pekerja perempuan, konon begitulah asal-usulnya.


3. Upah Perempuan Relatif Lebih Rendah
Spoiler for Upahnya Lebih Murah:

Kalo diliat dari UMR/UMK, laki-laki dan perempuan memiliki hak upah yang sama. Tapi kalo udah urusan tunjangan berdasarkan status pernikahan, pekerja laki-laki jelas lebih menguras pundi-pundi perusahaan emoticon-Big Grin. Kenapa? Kalo pekerja lelaki bekerja di suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu kemudian menikah, maka istrinya akan mendapat hak tunjangan istri. Begitu juga ketika mereka memiliki keturunan, maka perusahaan akan memberikan tunjangan anak (biasanya sih dibatasi hanya 2 anak). Nah, kalo pekerja perempuan, gak peduli dia bekerja puluhan tahun dan memiliki suami serta anak, upah yang dia terima tetaplah segitu-segitu aja (kalopun lebih, ya itu tunjangan dari loyalitasnya). Karena gak ada yang namanya ‘tunjangan suami’ (kecuali PNS, perusahaan swasta mah kayaknya hampir gak ada) emoticon-Hammer. Anak-anaknya juga gak akan menerima tunjangan anak karena biaya hidup anak-anak dianggap tanggung jawab suami. Jelas, buat perusahaan, lebih untung mempekerjakan perempuan, kan? emoticon-Belo


4. Feminisme & Paham Kesetaraan Gender
Spoiler for Feminisme & Kesetaraan Gender:

Sejak menyebarnya paham feminisme, banyak perempuan menyuarakan hak dan kebebasannya untuk mengekspresikan diri, menentukan jalan hidupnya sendiri, dan memiliki hak yang sama dengan para lelaki. Dalam dunia karir, hal ini juga berlaku. Perusahaan-perusahaan membuka kesempatan bekerja semakin lebar bagi perempuan. Perusahaan yang tidak mau mempekerjakan pekerja perempuan mungkin akan dicap kolot, kuno, tidak menghargai perempuan, misoginis. Masyarakat juga semakin terbuka dengan budaya ‘wanita karir’. Perempuan bekerja tidak lagi dipandang sebagai perempuan yang tidak bertanggung jawab terhadap anak-anak & keluarganya. Fasilitas dan jasa yang mendukung perempuan bekerja pun semakin banyak (ruang laktasi di kantor, jasa nanny & ART, penitipan anak, dll).


emoticon-rainbow emoticon-rainbow emoticon-rainbow emoticon-rainbow emoticon-rainbow

Jadi begitulah kira-kira penyebab semakin banyak perempuan yang bekerja versi ane. Sebenernya masih banyak sih alasan lainnya. Tapi kalo dibahas semua, gak beres-beres dong, gan-sist! emoticon-Big Grin Ane bahas yang general dan sering terjadi aja.

Buat para sista, apapun pilihan kalian, bekerja atau menjadi full-time housewife, lakukanlah dengan niat yang baik. Ane percaya, sista-sista memutuskan sesuatu pasti setelah melalui banyak pertimbangan dan berdasarkan skala prioritas. emoticon-Smilie Selama tidak merugikan siapapun, tidak melanggar aturan, dan atas izin suami (kalo masih punya emoticon-Peace ), go ahead emoticon-Kiss (S)

Buat para agan, meskipun semakin banyak perempuan yang bekerja, janganlah bersikap memusuhi mereka dan menganggap mereka ‘saingan’ karena telah merebut kesempatan agan-agan bekerja. Tetap semangat berjuang memperbaiki diri dan meraih prestasi dalam karir.  Seandainya agan-agan (yang sudah beristri) ingin istri agan menjadi ibu rumah tangga, maka penuhi tanggung jawab agan sebagai tulang punggung keluarga, juga berikan mereka penjelasan dan pengertian (tentunya secara baik-baik & penuh kemesraan yah  tentang keutamaan istri di rumah.

Buat semuanya, ane sadar pembahasan karir menggunakan sudut pandang gender bisa sangat panjang (karena masalahnya kompleks dan multidimensional) dan sangat sensitif. Karenanya, ane mempersingkat bahasan ane. Ane juga berusaha menyusun kata-kata sehati-hati mungkin agar tidak menyinggung pihak manapun. Mohon dimaafkan jika ada kata-kata dalam thread ane yang kurang berkenan di hati agan-sista.