Quote:GARDANASIONAL - Dibandingkan cara perang konvensional sebagaimana terjadi di zaman purba sampai abad pertengahan, perang modern memang jauh dari cara-cara ksatria.
Bayangkan saja, sekumpulan orang yang sedang tenang-tenang duduk ngopi, tiba-tiba hancur lebur terkena serangan roket atau rudal yang ditembakkan sebuah drone, misalnya. Mengapa membunuh dengan drone? Beberapa negara memiliki beberapa alasan untuk memilih Unmanned Aerial Vehicles (UAV) untuk melakukan pekerjaan kotor mereka.
Dari sudut pandang politik, drone mempunyai risiko lebih minim dibandingkan menggunakan pesawat konvensional berawak. Banyak senjata canggih musuh yang mengancam untuk menembak jatuh jet tempur. Dengan drone, meski pesawat jatuh pun tidak ada korban jiwa.
Beberapa drone membunuh secara langsung. Sementara yang lain hanya membantu dengan fasilitas semacam informasi untuk kemudian jet tempur berawak bergerak menghancurkan target. Seiring perkembangan zaman, drone juga terus bergerak cepat.
Kemampuan mereka nyaris sama dengan jet tempur dengan pilot mengemudi di kokpit. Berikut lima drone paling berbahaya di dunia.
Quote:1. General Atomics MQ-1 Predator
MQ-1 Predator adalah drone pembunuh pertama yang lahir. Berawal dari situasi frustrasi dengan ketidakmampuan rudal jelajah untuk menyerang cukup cepat, apalagi dengan pembatasan politik pada pesawat berawak, Amerika mencari alat untuk membunuh dengan cepat, diam-diam dan dari jarak jauh.
Predator muncul pada 1990-an sebagai pesawat tak berawak pengintaian, tapi cukup besar untuk membawa rudal. Peningkatan bandwidth dan kecepatan komunikasi membuat platform rekonstruksi ke platform tempur menjadi masuk akal. Uji coba rudal pertama terjadi pada Februari 2001.
Kemampuan Predator memang mengesankan. Kecepatannya bisa mencapai sekitar 135 mph, dan dapat membawa dua rudal (atau hingga enam rudal kecil). Drone ini dapat tinggal di udara untuk waktu yang sangat lama, dan membawa peralatan pengintaian yang cukup.
Predator mulai membunuh pada Februari 2002 di Afghanistan. Sejak saat itu Predator telah melakukan serangan di Afghanistan, Irak, Yaman, Somalia dan Pakistan. Predator berfungsi di beberapa lembaga AS, serta angkatan udara setidaknya empat negara lainnya.
Quote:2. General Atomics MQ-9 Reaper
Reaper adalah versi lebih besar dan lebih efektif dari Predator. Dengan rentang yang lebih besar, payload lebih tinggi dan waktu berkeliaran yang lebih lama, Reaper dapat melakukan misi pengawasan, penyerangan gabungan lebih efektif daripada sepupunya yang lebih kecil.
General Atomics (produsen Predator dan Reaper) memulai pengembangan Reaper dari potensi serang Predator. Reaper dapat melakukan perjalanan pada kecepatan 300 mph atau dua kali lebih cepat dari Predator. Dia bisa membawa empat rudal Hellfire (ditambah beberapa bom Paveway) dan bisa terbang tinggi selama lebih dari 14 jam. Seperti Predator, telah melakukan serangan di negara di Timur Tengah dan Asia Tengah.
Amerika Serikat mengoperasikan kira-kira 100 Reaper di beberapa instansi yang berbeda. Harapan untuk versi angkatan laut tidak pernah terwujud, tetapi Departemen Keamanan Dalam Negeri menggunakan Reaper untuk berbagai tujuan. Reaper juga telah menikmati beberapa keberhasilan ekspor kepada Italia, Prancis, Belanda dan Inggris.
Quote:3. IAI Eitan
Dikembangkan dari IAI Heron, Eitan adalah drone besar yang mampu membawa persenjataan jauh lebih banyak. Memiliki kemampuan langit-langit 45.000 kaki, daya tahan yang sangat panjang (tujuh puluh jam), dan kemampuan untuk membawa berbagai muatan yang berbeda.
Informasi tentang Eitan sampai saat ini masih sangat minim. Yang jelas Israel melampirkan banyak hal penting untuk platform. Pesawat ini diyakini memiliki kemampuan pengintaian tradisional, pengawasan dan misi serangan, tapi mungkin lebih banyak lagi dari sekadar itu.
Beberapa pihak bahkan telah menyarankan pertahanan rudal atau pengisian bahan bakar udara sebagai peran potensial untuk Eitan. Belum jelas juga apakah Israel telah menggunakan drone ini dalam peran operasional mereka atau tidak. Tetapi beberapa sumber menyebutkan, satu pesawat telah melakukan serangan ke Sudan pada tahun 2009.
Sebuah pesawat dengan kemampuan seperti Eitan sangat mungkin memainkan peran dalam serangan Israel terhadap Iran. Namun Eitan tidak cocok untuk pertempuran udara, drone lain dan pesawat berawak bisa membuka jalan dengan mengganggu jaringan pertahanan udara Iran.
Quote:4. Elbit Hermes 900
Hermes 900 adalah pengembangan dari Elbit Hermes 450, sebuah pesawat tak berawak bersenjata Israel yang telah digunakan sejak pertengahan dekade terakhir.
Drone ini kira-kira sekelas dengan ukuran General Atomics Predator. Tetapi Hermes 900 dapat terbang lebih tinggi dan lebih lama hingga 50 persen. Kemampuan terbang tinggi drone Israel memang sangat penting karena dia banyak beroperasi di daerah tempat rudal bahu bertebaran di banyak tempat sehingga akan sangat mengancam drone yang terbang rendah.
IDF sangat tertutup tentang operasi drone, tetapi ada sedikit dugaan Hermes 900 memainkan peran penting dalam konflik Gaza beberapa waktu lalu, atau saat terjadinya operasi di Lebanon, Wilayah Pendudukan dan mungkin Sinai.
Seperti halnya Hermes 450 (drone Israel lebih umum), Hermes sudah menemukan banyak keberhasilan ekspor. Negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Chili dan Kolombia memiliki dan menyatakan minat untuk memilikinya.
Quote:5. Raytheon TLAM Blok IV Tomahawk
Beberapa rudal bisa disebut sebagai drone bunuh diri. Apalagi beberapa rudal jelajah awal sangat mirip kendaraan jarak jauh. Bom terbang Luftwaffe yang digunakan untuk meneror Mediterania dikendalikan oleh joystick dan kamera.
Rudal jelajah era Perang Dingin mencari target juga menggunakan pra-set rencana atau sensor internal, membuat mereka lebih dari robot UAV modern.
Tomahawk salah satunya. Rudal ini mulai hidup pada awal tahun 1980, dengan kisaran panjang, varian khusus untuk pengiriman nuklir, serangan darat dan misi anti-kapal. Tomahawk telah berkembang sejak Perang Dingin menjadi pesawat yang sangat canggih.
Tomahawk sekarang dapat berkeliaran, menyerang target dan target perubahan bergerak atas perintah operator jarak jauh.
Angkatan Laut AS secara efektif membangun kembali rudal tersebut dengan kemampuan lebih. Rudal bisa dipandu oleh F/A-18 untuk menghantam target.